Sabtu, 11 Oktober 2014

7 hari kelahiran dd - Aqiqah dan Kasih Nama

Alhamdulillah pas banget hari ke tujuh, dd udah lepas puser, acara Aqiqah berjalan dengan lancar, dan sekarang dd udah punya nama...

Namanya :

AHMAD AL HAJJ AKBAR PRADHIKA

Ahmad artinya terpuji
Al Hajj Akbar dipilih karena dd lahirnya berbarengan dengan Haji Akbar
Pradhika adalah anak pipi Dhika, hehehheee

Semoga menjadi anak yang terpuji dan bisa menjadi panutan yang baik.
Amiiiin ya robbal alamiiiiin.....

Sabtu, 04 Oktober 2014

Kelahiran Anak Kedua di Keluarga Pradhika

Hai haaaiiii....

Akhirnya setelah bergalau ria, anak keduaku lahir juga di uk 40w2d pada 4 Oktober 2014, dengan berat 2,9kg dan tinggi badan 50cm, di bidan Delima, kedungpedaringan, kepanjen, malang...
Sungguh kebahagiaan yang luar biasa aku sekarang punya seorang putri dan seorang putra yang lucu-lucu...

Kronologisnya begini...

Jum'at 3 Oktober
Karena udah lewat HPL (HPL 2 Okt) n dd blom ngasih tanda cinta akhirnya jam 5 sore berangkatlah ke bidan untuk kontrol, bidan bilang karena udah lewat HPL jadi mau di VT, eh di VT udah bukaan 3 padahal nggak mules sama skali, ma bidan ditawari apa mau pulang ato disitu aja soalnya bilan bilang klo nggak malam ya paginya insyaAllah dd lahir...

Waaah senengnya bukan main aku bun, dah gak sabar pengen gendong dd, aku minta pulang dulu bun karena belom nyiapin bajuku n baju dd...

Karena ribet nyiapin ini itu, maklum salahnya aku nggak prepare jauh2 hari... akhirnya jam 10 malam ditemenin ibuku aku baru balik ke bidan, sampai disana di VT pembukaan udah nambah jadi 4, waaah seneng banget, jam 11 malem bidan nengokin nanya apa mules? aku jawab nggak karena aku memang nggak ngerasain mules sama skali, di VT bidan dah pembukaan 6, trus ketubanku dipecahin ma bidan...
"thusss..." air ketuban pun pecah.

Jam 12 tengah malam mules mulai datang, masih bisa nahan sih karena belum terlalu sakit, masih bisa bbm an ma suami yang jauh dimato... (suami harus balik kerja karena masa cutinya habis n dd blom launching juga)

Jam 12.45 mules udah tak tertahan, udah pengen ngeden aja rasanya, trus ibuku panggil bu bidan, pas dicek ma bu bidan ternyata udah siap lahir, jam 1 dini hari aku diposisikan untuk posisi lahiran.

3 kali ngeden, aiiih... Jam 1.15 dd ganteng kluar dengan selamat dan sehat...


Lanjut proses IMD n dd diadzanin ma kakeknya...
setelah IMD dilanjut proses jahit menjahit, untung cuma dapet sedikit jahitan, tapi itu aja rasanya udah aduhaaaaiiiii....

Pagi jam 7 aku dah minta pulang, soalnya bete disana gak ngapa2in...
Niiiih dd narsis...







Minggu, 15 Juni 2014

Ulang Tahun Pertama Kaka Biya - Super Heboooooh

Jum'at yang kutunggu-tunggu akhirnya datang juga, sepanjang perjalanan dari Jakarta menuju Malang tak henti-henti aku membayangkan betapa si Kaka sudah semakin lucu dan menggemaskan.

Akhirnya, Sabtu 14 Juni 2014, Pukul 07.00 WIB aku turun dari angkutan umum pas di depan rumahku, kebetulan sekali si Kaka sedang digendong si mbak (baby sitter baru) di depan rumah.
turun dari angkutan umum aku langsung menyapa Kaka Biya, aih aih aiiiiih... kaka Biya tersenyum malu-malu kucing, seperti wajah yang lagi seneng banget tapi ditahan-tahan sok jaga gengsi gitu, hihihiiiyyy... ekspresi wajah yang tak pernah bisa hilang dari pikiranku sampai sekarang, hehehehe...

Begitu kusodorin kedua tanganku (berniat menggendongnya) kaka Biya langsung nyodorin kedua tangannya juga tanda au ikut denganku.
hihihiiiyyy saking gemesnya seharian aku dirumah, diajak suami jalan-jalan ma kaka Biya udah males banget, enak dirumah seharian main ma kaka Biya pikirku.

Sore harinya tante ciprut datang, langsung kuminta tante ciprut dan pipi Dhika ambil kue untuk ultah kaka Biya, meski lahirnya 15 Juni dini hari tapi acara ultah kaka Biya yang pertama ini kuacarakan Sabtu, 14 Juni 2014, Malam hari.

Taraaaa... semuanya siap, acara kecil-kecilan untuk ultah kaka Biya ini cukup hanya keluarga kecil saja yang hadir, tidak lebih dari 15 orang menghadiri acara kecil ini.
Kue Tart sudah siap di meja, pisau potong juga sudah disiapkan, begitu pula lilin angka 1 yang sudah dipasang siap untuk dinyalakan.

Lilin pun dinyalakan, kaka Biya begitu penasaran dengan api yang menyala di lilin tersebut. Mbah Haji melantunkan do'a dahulu sebelum kaka Biya meniup lilinnya. Setelah pembacaan doa selesai dilanjutkan acara tiup lilin, semua yang hadir menyanyikan lagu selamat ulang tahun dan tiup lilin, sepertinya kaka Biya belum mengerti bahwa lilin itu harus ditiup agar mati apinya.

kaka Biya serius sekali hendak mencolek kue tart yang memang menarik itu, satu tangan kanan kaka Biya berhasil kupegang agar tidak mencolek2 kue, ee ee eeeeeh... dengan cepat tangan kiri kaka Biya menyahut api di lilin itu, matilah api karena genggaman kaka Biya dan sesaat kemudian meledaklah tangis kaka Biya yang kaget karena tangannya kepanasan memegang api.

aih aih aiiiiih... kaka Biya nih ada-ada aja, ini acara ultah ka... bukan acara debus... heheheee...
beberapa menit kemudian setelah terslimurkan, kaka Biya pun diam dan masih dengan muka cemberut seolah marah si kaka memandang kue tart nya masih dengan rasa penasarannya yang dalam, hihihiiiyyy...

acara malam itu seru banget meski ada beberapa kejadian lucu dan heboh. kaka Biya dapet banyak kado dari tante, bude, kaka keisha, dll...
nih fot-fotonya niiiiih....

Dress punya kak Keisha masih bisa dipake Biya... yeeey....

Pakai bandana jadi cantik, tapi bentar doang dilepas ma biya, haiyyyaaa...

Kue ultah ma kado dari teman-teman nih

Mau tiup lilin... nyanyi duluuu...

b'doa dulu ya sayaaang...

saat-saat sebelum kaka Biya melakukan DEBUS nih... hihihiiiyyyy

Selasa, 10 Juni 2014

Kehamilan kedua : uk 23-24w

Semalam akhirnya datang juga waktu kontrol kehamilanku yang kedua ini, setelah sempat tertunda 2 minggu dari jadwal kontrol seharusnya.

Allah mendengar do'a kami, hasil USG menunjukkan kalau JK dd ini laki-laki, pas sudah sepasang anak-anakku yang lucu, cantik dan tampan.

Belum lagi bahagiaku ditambah dengan kabar kalau kaka biya sudah bisa jalan di usinya yang masih kurang dari 1 tahun, 15 Juni besok adalah ulang tahunnya yang pertama, aku sendiri masih bingung akan menyiapkan apa di hari ultah si kaka cantik yang pertama ini.

Pipi Dhika sepertinya sudah menyiapkan sesuatu untuk kaka, aku hanya menyiapkan kue apa dan dimana aku akan memesan untuk syukuran ultah kaka yang pertama ini.
Sepertinya dd di dalam perut minta perhatian lebih karena kadang tak sengaja semua perhatianku memang tercurah untuk kaka, tak memperhatikan kesehatanku sendiri yang kini sedang mengandung dd di dalem perut, hehehee.. mimi minta maaf ya de', pasti mimi perhatikan kaka n dd deh.. heheheeee...

Cuma segini aja dulu deh nge-blog nya, bingung mau nulis apa lagi :p

Kamis, 29 Mei 2014

Tlogomas - Berenang with kaka n dd di peyut

Huft kuhempaskan badanku di kasur empuk yang sempit itu (karena disekelilingnya penuh baju-bau kaka Biya berserakan, belum sempat kuberesin, hehehheee).

Seharian ini memang super bahagia, kaka Biya juga pasti seneng banget maen air di pemandian Tlogomas, Malang. Meski jari-jemarinya sudah mulai keriput, tetap saja masih mau terus maen aer, gak mau diangkat keluar kolam, waaah... pipi sampai kedinginan nemenin kaka maen di aer.
Aku sendiri asyik bermain slurutan ma Riski keponakanku, slurutan yang meski biasa saja tapi lumayan ekstrim juga untuk ibu hamil sepertiku, hihihiiiyyy...
"Maaf, lagi khilaf" kataku waktu suamiku ngomel-ngomel karena tau aku asik maen prosotan aer yang berliku-liku itu, sambil berkata begitu aku ngeloyor pergi, kaka Biya kuangkat-angkat senang.

Beberapa moment kaka biya lagi maen aer nih...


Selasa, 25 Maret 2014

Kisah Nyata - 10 tahun aku membencinya tapi hanya butuh sekejap untuk sangat mencintainya tak pernah bisa melupakannya

”Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus”

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.

Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.

Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.

Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.

Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.

Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.

Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.

Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.

“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.

Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”

“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.

Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.

Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.

Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.

Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.

Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.

Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.

Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.

Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.

Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.

Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.

Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.

Istriku Liliana tersayang,

Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.

Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.

Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.

Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!.

Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.

Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.

Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.

Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”

Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”

Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”

Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.

Itulah Cerita Nyata Yang sangat Sedih dan Mengharukan,
Semoga peristiwa ini bisa membuat kita belajar bersyukur dengan apa yang kita miliki,sebab :
Apa yang kita harapkan belum tentu kita dapatkan dan
apa yang kita dapatkan belum tentu itu yang kita harapkan ,
Tapi Percayalah Tuhan pasti memberikan Kita yang terbaik

dari blog : http://razya4greatlife.blogspot.com/2013/01/cerita-nyata-yang-sangat-sedih-dan.html

Kamis, 06 Maret 2014

USG ke-2 Bulan ke-2 Hamil ke-2

Heheheee...
Baru juga nyampe kantor, udah gemes aja pengen pamer hasil USG dede.
Waaah si dede nyante-nyante aja nih sepertinya gerakannya pun santai nggak ekstrim kayak kaka biya dulu, ato karena masih 2 bulan usia kehamilanku kali ya, jadi gerakan dede belum begitu aktif.
Yang penting dede sehat, jantungnya bagus, dan yang paling bikin penasaran adalah berapa bulan lagi ya JK nya bisa ketahuan? hehehhee...
Berharapnya sih yang kali ini dikasih seorang putra, tapi kalaupun Allah kasihnya putri lagi ya gapapa, kaka biya jadi berasa punya kembaran deh karena beda umurnya gak jauh, heheheee lagi...

Karena sempet berasa kram beberapa hari di akhir februari, untungnya nggak keluar flek, akhirnya diputuskan untuk memajukan tanggal kontrol yang kedua, harusnya masih semingguan lagi, tapi di 5 maret 2014 aku diantar suamiku berangkat untuk kontrol bulan ke-2.

Sebelumnya memang sudah daftar nomor dan mendapat nomor 29, biasanya sih jam 8-9 malem tuh, sesampainya disana masih jam 8 malam eh ternyata baru nomor 8, sedihnya harus menunggu 21 orang lagi. Sambil menghabiskan waktu dengan nonton bola dan makan nasi uduk, akhirnya jam 11 malam lebih namaku dipanggil juga.

Ini nih hasil USG nya, taraaaaa......


Jumat, 14 Februari 2014

Psikologi Anak : Permintaan Kaka Biya

Psikologi Anak

1. Mimi/Pipi... jangan risau apa yg belum bisa kulakukan, lihatlah apa yg sudah bisa kulakukan, lihatlah lebih banyak kelebihanku......

2. Mimi/Pipi... aku memang belum bisa berhitung, tapi lihatlah aku bisa beryanyi & selalu tersenyum ceria..

3.
Mimi/Pipi..., jangan keluhkan aku tidak bisa diam, lihatlah energiku ini, bukankah kalau aku jadi pemimpin aku butuh energi sebesar ini

4.
Mimi/Pipi... jangan kau bandingkan aku dengan anak lain, lihatlah aku tidak pernah membandingkanmu dengan orang tua yg lain, aku hanya satu

5.
Mimi/Pipi..., jangan bosan dengan pertanyaan2ku, lihatlah besarnya rasa ingin tahuku, aku belajar banyak dari rasa ingin tau...

6.
Mimi/Pipi... jangan bentak2 aku, lihatlah aku punya perasaan, seperti engkau juga memilikinya, aku sedang belajar memperlakukanmu kelak...

7.
Mimi/Pipi...jangan ancam2 aku, seperti engkau juga tidak suka diancam orang lain, lihatlah aku sedang belajar memahami keinginanmu

8.
Mimi/Pipi...jangan lihat nilaiku yang rata2 atau biasa saja, lihatlah aku mengerjakannya dengan jujur lihatlah aku sudah berusaha

9.
Mimi/Pipi... aku memang belum bisa membaca, namun lihatlah aku bisa bercerita, pada saatnya aku akan bisa, aku butuh engkau percaya..

10.
Mimi/Pipi... aku memang kurang mengerti Matematika, tapi lihatlah aku suka berdoa, dan aku senang sekali mendoakan yang terbaik untukmu..

11.
Mimi/Pipi.... aku memang banyak kekurangan, tapi aku juga punya kelebihan, bantu aku, agar kelak kelebihanku berguna bagi sesama..

12.
Mimi/Pipi...,hubungan kita sepanjang Zaman, bantu aku mengenalmu dengan cara aku belajar bagaimana engkau mengenalku...

13.
Mimi/Pipi... aku ingin mengenangmu sebagai yang terbaik, ajari aku dengan melihat yang terbaik darimu, sehingga aku bangga menyebut Namamu ..

14. Mimi/Pipi...semoga kita punya cukup waktu untuk saling mengenal dan memahami, aku belajar melihatmu dari cara engkau melihatku (semoga bermanfa'at)

Doakan Mimi dan Pipi bisa seperti ini ya nak..

-copy paste-

Rabu, 12 Februari 2014

Hasil USG hamil ke-2 (1 Bulan)

Setelah menunggu antrian yang nggak begitu panjang di Klinik Fakhira, akhirnya namaku pun dipanggil.

Kirain bakal ketemu dokter Gun, eh ternyata yang ada di dalem dokter Henny. Si ibu Dokter melihat ke catatanku sedikit terkejut dan aku langsung mengerti, segera kusahut
"Yang kemarin sudah lahir dok, ini baru lagi, mau kontrol saja dan mastiin apakah memang hamil dan apa baik-baik saja?"
"Oh, maaf bu, selamat ya.. coba saya periksa dulu, hpht nya kapan ya?" tanya bu Dokter kemudian
"Wah saya lupa dok, seingat saya sih akhir desember tapi tanggalnya saya lupa" jawabku
"Oh kalau begitu hasil usg ini nanti kalau janinnya sudah kelihatan dan bisa diukur langsung dijadikan patokan HPL ya bu" lanjut bu Dokter.
"Oh oke.." jawabku.
Suamiku diam saja di kursi, bingung juga dia mau tanya apa, hehehee...

Aku pun menuju kasur pemeriksaan untuk di usg, nampak lah bulatan hitam di layar,
"Wah bu, masih kecil ini, janinnya baru 1 bulan nih, baru 2cm nih panjangnya, belum bisa nampak" kata bu Dokter.
aku diam, bingung juga mau jawab apa, bu Dokter melanjutkan penjelasannya
"nah ini rahim ibu, kantung janinnya yang bulat itu" sambil menunjuk ke layar
aku masih diam, hehehhee
"Kalau hamil, sudah pasti hamil ini bu, dan yang paling penting adalah janinnya ada di dalam rahim, Ibu kembali lagi bulan depan ya, kalau sudah bisa diukur janinnya baru dijadikan patokan HPL nya" tambah bu Dokter.
Aku cuma tersenyum, kulihat suamiku juga tersenyum.

Kemudian kami pulang, sesampainya dirumah kaka Biya masih tidur, eh baru saja aku ganti pakaian mau bersiap-siap tidur karena sudah capai sekali, kaka Biya tiba-tiba bangun dan langsung menghampiri kami (aku, suamiku, dan adik ipar) yang lagi berbincang-bincang. jadilah malam itu aku dan suami begadang lagi.

Tapi suamiku baik, aku ketiduran sendiri dan dia yang jaga selama kaka biya masih melek, pukul 3 pagi akhirnya mereka berdua tertidur pulas, sesekali kaka biya merengek cari susunya dan setelah kusodorkan botol susunya dia kembali tertidur.

Ini hasil usg nya:

BB ku naik 1 kg dari bulan kemarin, horeeee....

Jumat, 07 Februari 2014

Aku Nangis Baca Ini...

piiip piiip handphone ku berbunyi, tanda ada BBM masuk.
setelah aku buka ternyata cuma broadcast dari BunDe, biasanya setiap ada broadcast gitu nggak sampe kubaca sudah langsung endchat, tapi si BunDe nih gak pernah broadcast, iseng kucoba buka isi link yang didalamnya, ini nih link nya:

Link yang bikin aku nangis bombay

Queenaaaa.....
Bunda yang sabar yaaa....
Sumpah aku nggak bisa bayangin aku di posisi bunda...

Link yang Wajib dikunjungi Ibu Hamil

Nih bun dua link faforit yang selalu kukunjungi selama hamil:

1. Kalender Kehamilan

Melihat perkembangan bayi tiap minggu nya <--- klik ini

disana ada gambar dan deskripsi standar perkembangan dari ukuran, berat badan janin, berat badan bunda, keluhan-keluhan pada bunda, sampai bagian-bagian debay yang mulai tumbuh dan berkembang setiap minggu nya.
Kita juga bisa coba bandingkan hasil pemeriksaan usg kita, apakah memang sudah sesuai standard atau tidak, ada juga berbagai tips untuk bunda dan si caby (calon bayi) dalam tiap perkembangannya.

2. Forum Ibu Hamil

Perkumpulan Ibu-Ibu Hamil, Promil, Pasca Melahirkan, sampai yang sudah berputra-putri <--- klik ini

Disini tempat berkumpulnya ibu-ibu yang super seru, bisa jadi temen curhat 9tapi jangan manja-manja juga), berbagi tips seputar kehamilan, dan tips-tips menarik lainnya, belajar dari ibu-ibu yang sudah berpengalaman, dan banyak keuntungan lainnyaaa...

Kamis, 30 Januari 2014

Rizki Super Luar Biasa

Write by: Maria

Sampai tulisan ini kumulai, aku masih setengah nggak percaya. Kaget, shock, bingung, tapi gembira juga sih.

Bulan lalu aku ke bidan untuk memeriksakan keadaan kaka Biya yang demam semalaman, sekalian aku juga mau suntik KB yang pertama kali, eh Bidan bilang suntik KB nya pas sehari setelah bersih dari datang bulan. Tapi sampai hari ini, sudah telat seminggu, si bulan tak kunjung datang.

Pagi sekali aku bangun, iseng kucoba testpack yang kubeli bersama suamiku semalam. Kaget, shock, bingung, melihat hasilnya yang seperti ini:

Bukan kenapa-kenapa, cuma kaget aja, secara kaka Biya baru berumur 7 Bulan lebih, masa udah positif aja, hehehee...

Setelah lama berpusing ria, aku tersadar, "Ya Allaaaah.. ini lah rizki yang super luar biasa yang Kau turunkan pada kami" batinku.

Keesokan harinya, waktu membawa kaka Biya imunisasi DPT yang ke III (telat nya banyak banget), coba aku konsultasi ke bidan, menurut si mbak bidan, coba tunggu seminggu lagi, coba di test lagi, kalau memang positif lagi ya berarti tidak diragukan lagi.

Penasaran aku dengan hasil nya, rencana minggu depan mau periksa ke Klinik Fakhira lagi, tapi sepertinya sekarang antrinya berjubel. Heheheee...