Kata yang pertama muncul adalah BULAN MADU atau HONEYMOON. Sayangnya,
sampai sekarang pun kami belum pernah melakukan perjalanan-perjalanan dengan
tujuan berbulan madu. Setelah menikah, waktu kami terbagi, dua hari setelah
menikah kami tinggal dirumah Keluarga Maria, dan dua hari kemudian berpindah ke
kediaman Keluarga Dhika. Begitu seterusnya.
Beberapa hari sebelum menikah, cobaan datang mendera kami.
Maria yang seharusnya mendapatkan hadiah berupa satu bulan gaji dari kantornya
dan bulan depannya komisi kerjaannya akan cair, malah dipecat tanpa pesangon
serta komisi pun tidak dibayarkan pas lima hari sebelum tanggal pernikahan
kami. Alasan pemecatannya pun tidak jelas, Maria yang masih mempunyai banyak
jatah cuti tidak boleh diambil barang seminggu saja, dia hanya diberi jatah
cuti dua hari saja untuk pernikahannya.
Suatu hal yang sangat ironi mengingat jarak perjalanan ke kampung
Maria membtuhkan sekitar 15-18 jam, itu sama halnya dengan satu hari saja, waktu
yang sangat tidak mungkin cukup untuk melangsungkan suatu pernikahan. Entah hanya
mencari-cari alas an saja, karena seharusny Maria mendapatkan bagian yang cukup
besar dari kantornya pada saat itu.
Yah, kami anggap itu suatu cobaan yang harus kami lalui.
Dhika memang belum mempunyai pekerjaan. Berbekal modal niat saja, kami pergi
kembali ke Jakarta seminggu setelah hari pernikahan kami. Dengan uang seadanya
ditambah masih banyak tanggungan beberapa hutang yang digunakan untuk biaya
kami menikah, kami tidak putus asa.
Setiap hari mengirim surat lamaran kerja, kami berdua, tidak
sekali dua kali juga kami melakukan interview kerja dan gagal. Kami tetap
berusaha dan tak lupa berdo’a. Jangankan merencanakan berbulan madu, bahkan
waktu kami untuk bersantai, menikmati kebersamaan baru kami pun terasa kurang.
Tidak sampai satu bulan kami berusaha, do’a kami
terkabulkan. Dhika mendapatkan pekerjaan, dan seminggu setelahnya Maria pun
diterima kerja di suatu perusahaan swasta. Dengan tekad yang kuat, disamping
mencoba usaha sampingan dengan berjualan baju, empat bulan kami lalui dengan
keras, mulai membuahkan hasil. Hutang-hutang kami terbayar semua, kami pun bias
mulai merencanakan dengan baik kondisi keluarga kami.
Lebaran pun tiba, dan pulang kampung adalah hal yang paling
membahagiakan buat kami. Namun lebaran tahun 2012 ini memang sedikit berbeda,
ada dua keluarga besar yang harus kami kunjungi, kami harus benar-benar bias membagi
waktu dengan adil agar mereka tidak tersinggung.
Pertanyaan yang selalu muncul dan sangat bosan kami jawab ketika
kami mengunjungi rumah mereka adalah “sudah isi belom?”
Heheheee…
Nyengir adalah cara paling mudah untuk menjawab pertanyaan
mereka.